Halaman

Jumat, 21 September 2012

Expedisi PHC : Ujung Timur Pulau Jawa


Setiap tahun, anggota aktif Padmanaba Hiking Club (PHC) mengadakan kegiatan ekspedisi di berbagai lokasi di nusantara. Setiap tujuan yang berbeda memberikan cerita yang berbeda pula, dan inilah cerita kami…
Pada 03-08 Juli 2012 lalu, 10 anggota aktif PHC angkatan 40 dan 41, didampingi seorang pembina kami dari angkatan 35, menjelajahi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur dalam kegiatanEkspedisi PHC 2012. Taman Nasional Alas Purwo ini terkenal bukan hanya karena karena keindahan alamnya, tetapi juga wisata budaya, sejarah dan religiusnya. Taman Nasional Alas Purwo juga merupakan wilayah konservasi berbagai macam flora dan fauna langka. Banyak wisatawan domestik dan mancanegara datang ke wilayah Taman Nasional ini karena tertarik akan objek wisata seperti bermacam goa religius dan pura tempat beribadah, ekosistem yang masih terjaga dan cocok untuk penelitian/pengamatan, serta pantai-pantai yang cantik dan cocok untuk kegiatan surfing dan snorkling.

Perjalanan Menuju Feeding Ground
 Untuk mencapai Pos Rowobendo yang merupakan salah satu dari tiga gerbang masuk Taman Nasional Alas Purwo, tim ekspedisi menempuh 13 jam perjalanan darat menggunakan kereta api dari Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, ditambah 2 jam perjalanan menggunakan coltcharter-an dari Stasiun Banyuwangi Baru.
Rabu (04/07) pagi, kami sampai di pesanggrahan yang terletak± 300 m dari Pantai Trianggulasi. Kedatangan kami disambut oleh dua orang anggota tim ekspedisi yang berangkat beberapa hari lebih dulu. Ada pula Bapak Gunung yang menjaga dan membersihkan lokasi pesanggrahan serta seekor merak betina di halaman pesanggrahan.
Diselingi istirahat dan makan, siang itu tim ekspedisi bergerak menuju feeding ground Sadengan untuk melakukan pengamatan satwa. Perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki sejauh ±2km. Di Sadengan terdapat menara pandang setinggi±15 m yang dikhususkan untuk wisatawan. Dari menara tersebut kami mengamati (dengan bantuan binokular) beberapa jenis satwa seperti banteng, merak hijau, babi hutan, kera, rusa, kijang, dan beberapa jenis burung sedang beristirahat, bersosialisasi dan mencari makan di padang rumput seluas ±80 ha tersebut. Walaupun masih ingin berlama-lama di sini, terpaksa pengamatan satwa di Sadengan diakhiri sebelum gelap menjelang.



Mendaki Gunung

 Keesokan harinya (5/7/2012) kami berkunjung ke lokasi penangkaran penyu di Pantai Ngagelan. Karena keterbatasan transportasi, jarak 14 km (pulang-pergi) kami tempuh dengan berjalan kaki dari pesanggrahan Trianggulasi. Pantai Ngagelan adalah tempat pendaratan penyu dari Samudra Hindia dan merupakan Pusat Pengelolaan Penyu Semi Alami (PPSA). Telur-telur penyu dipindahkan ke sarang buatan semi alami saat patrol pencarian telur (Lalar) pada malam hari. Petugas Taman Nasional di sini akan memantau perkembangan telur yang kemudian menetaskan hingga tukik siap dilepas ke laut. Hal ini dilakukan demi memantau dan menjaga populasi penyu yang terancam keberadaannya.
Hari berikutnya (6/7/2012) tim ekspedisi tiba di feeding ground Sadengan dan siap ikut patrol hutan bersama PolHut (Polisi Hutan) dan PEH (Penjaga Ekosistem Hutan). Kami berkesempatan untuk mengamati satwa-satwa dengan jarak lebih dekat dan diajari bagaimanacara melakukan pendataan flora dan fauna yang ditemui sebagai salah satu kegiatan konservasi di Taman Nasional Alas Purwo. PolHut dan PEH yang menemani kami, rata-rata sudah mengabdi selama 20 tahun dan mengerti kondisi lapangan di Resort Rowobendo. Medan yang dilewati berupa tanah-tanah terjal, aliran sungai dan semak belukar. Patroli sore itu memberikan banyak ilmu baru dan membuka mata kami akan keadaan alam Taman Nasional Alas Purwo.
Hari terakhir di TamanNasional Alas Purwo (7/7/2012) sebuah grandong (sebutan untuk truk kayu rakitan sendiri milik warga setempat) siap mengantarkan tim ekspedisi menuju Bedul dan Pantai Pancur. Sepanjang perjalanan menuju Bedul, kami menyaksikan berbagai satwa seperti rusa, kera, bahkan ajag(serigala yang jarang muncul) melintasi jalan setapak yang biasa dilewati kendaraan dan pejalan kaki. Di Bedul, kami menumpang sebuah gondal-gandul untuk menyusuri perairan di kawasan mangrove. Disini kami mengamati berbagai burung air (Bangau Tong-tong, Cekakak, Raja Udang dll), ular laut, biawak, ikan kadalan dan ekosistem hutan mangrove.

Tukik, Bayi Penyu
 Perjalanan menggunakan grandong dilanjutkan menuju Pantai Pancur yang masih segaris dengan Pantai Trianggulasi. Pantai Pancur adalah sebuah pantai pasir gotri dengan aliran sungai air tawar yang bermuara langsung ke laut. Perpaduan antara pasir, ombak, sungai air tawar, karang, dan tumbuhan tepi pantai membentuk dinamika pemandangan luar biasa yang mengucapkan selamat tinggal kepada kami.
Pukul 09.30 malam (8/7/2012) tim ekspedisi tiba di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Selesai sudah ekspedisi menuju ujung timur Pulau Jawa yang sarat akan pengalaman dan pelajaran tentang perjuangan konservasi alam. Tanah TN Alas Purwo dengan sejuta pesona alamnya memang belum seluruhnya kami jelajahi, namun banyak pelajaran yang kami dapat dan siap dibagikan kepada Padmanaba, kepada Indonesia. Viva PHC! Tan Lalana! (@ifadls & @faridanug)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Telah Berkomentar